KhutbahJumat ini mengingatkan kita semua bahwa cakupan ibadah di dunia ini sangatlah luas. Berbagai amal atau aktivitas kita di dunia bisa bernilai ibadah, jika diniatkan dengan baik. Sehingga perlu ditata lagi niat kita agar semua aspek aktivitas dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi sebuah ibadah atau bernilai ibadah.

Setiap muslim hendaknya terus berupaya berbuat baik agar memperoleh jaminan masuk surga. Karena dengan memastikan kebaikan tersebut kelak akan menikmati aneka kebaikan sebagai labuhan hidup yakni surga. Apa saja yang harusnya menjadi perhatian? Di naskah ini di antaranya adalah memegang dan menjalankan beberapa kebaikan. Baik yang hubungannya dengan kebaikan pribadi kepada Allah SWT dan sosial atau hablumminallah dan hablumminannas. Dan momentum khutbah Jumat adalah saat penting mengingatkan umat tentang pesan-pesan ketakwaan, yakni dengan tetap memperhatikan seluruh perintah untuk dilaksanakan dan semua larangan untuk dihindari. Termasuk sikap-sikap sosial yang menjadi perhatian Islam. Materi khutbah Jumat yang diangkat kali ini mengulas satu hadits Nabi yang memaparkan tentang empat golongan yang diharamkan masuk neraka. Keempatnya merujuk pada sikap terpuji seorang muslim sebagai makhluk sosial. Para mustami penyimak khutbah diharapkan dapat menghayati pentingnya sifat-sifat baik saat berhubungan dengan orang lain, seperti empati, bersikap egaliter, lembut, gemar menolong, dan sejenisnya. Berikut teks khutbah Jumat tentang "4 Golongan yang Dijamin Masuk Surga” dan untuk mencetak naskah, silakan klik ikon print berwarna merah di artikel ini. Semoga memberikan manfaat. Redaksi Khutbah Pertama اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمْ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah Alhamdulillah siang ini kita masih diberikan kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menghadiri panggilan shalat Jumat berjamah. Semoga semakin hari Allah SWT terus memberikan kurnia kepada kita yang juga diiringi dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang alias takwallah. Jamaah yang Berbahagia Setelah melaksanakan shalat lima waktu, kita terbiasa berdoa seperti doa yang ada pada surat Al-Baqarah ayat 201 رَبَّنا آتِنا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنا عَذابَ النَّارِ Artikel diambil dari Khutbah Jumat 4 Golongan yang Diharamkan Masuk Neraka ​Artinya Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa neraka. Pertanyaannya, bagaimana agar kita terhindar dari siksa neraka? Tentu kita akan menjawabnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Baginda telah memberikan beberapa penjelasan, yang akan menghindarkan kita dari siksa neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad juz 7 halaman 53 sebagaimana berikut حُرِّمَ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ Artinya Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang rendah hati, lemah lembut, mudah, serta dekat dengan manusia. HR Ahmad. Jamaah Jumat Rahimakumullah Berikut 4 golongan atau mereka yang memiliki perangai istimewa dan nanti akan dibalas dengan surga. 1. Rendah hati, tidak sombong, serta tanpa meremehkan Bahwa golongan pertama orang yang tidak masuk neraka adalah orang yang rendah hati, tidak sombong, dan tidak meremehkan orang lain. Menurut Abu Hatim dalam kitab Raudlatul Uqala’ wa Nuzhatul Fudlala’, wajib bagi orang yang berakal untuk rendah hati tawadhu dan menjauhi sikap sombong terhadap orang lain. Orang yang rendah hati akan selalu meningkat derajat dan posisinya. Hal tersebut sesuai dengan sabda Nabi وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ Artinya Tiada orang yang rendah hati karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya. HR Ahmad. Berbeda dengan orang sombong, orang yang menganggap dirinya melebihi terhadap orang lain, merasa dirinya paling benar, ia tidak akan dapat merasakan surga Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 1 لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ Artinya Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat seberat biji kesombongan. Mengapa orang yang sombong tidak dapat masuk surga? Menurut Syekh Abdul Aziz dalam kitabnya Mawaridu Dham’an li Durusiz Zaman juz 2, karena sombong menjauhkan seseorang dari akhlak seorang mukmin. Orang sombong tidak bisa mengasihi orang mukmin seperti ia mencintai diri sendiri. Ia tidak memiliki sikap rendah hati, erat dengan ujaran kebencian, sikap dendam, marah, iri, dengki, bahkan ekstremisme. Ia juga sulit menerima nasihat kebaikan, tidak dapat menahan diri dari amarah, mudah mengumpat, dan meremehkan orang lain. Orang sombong dekat dengan sikap tercela. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ Artinya Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. HR Muslim. Agar terhindar dari kesombongan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyisihkan hartanya setiap hari satu dirham untuk memberi makan kepada umat Islam yang membutuhkan serta makan bersama mereka. Selain itu, Gus Baha juga memiliki cara agar tidak sombong, yaitu membelanjakan uang pemberian orang fakir, berapa pun jumlahnya, untuk membeli kebutuhan pokok. Hal itu dilakukan agar beliau mengingat pernah makan uang orang fakir. Itu cara beliau agar dapat terhindar dari kesombongan. 2. Layyin, lemah lembut dan santun Menurut Imam at-Thabari dalam kitabnya Tafsir at-Thabari juz 6 dijelaskan bahwa sifat lemah lembut dan kasih sayang merupakan rahmat dari Allah SWT untuk umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ Artinya Dengan rahmat dari Allah SWT engkau Nabi Muhammad lemah lembut terhadap umat, seandainya engkau kaku dan keras hati niscaya umat akan menyingkir darimu. Imam at-Thabari menjelaskan bahwa dengan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap Nabi dan umatnya, Rasulullah menjadi pribadi yang penuh kasih sayang, mudah, dan penuh dengan kebaikan. Nabi selalu menahan diri dari kaum yang menyakitinya, mengampuni orang yang berdosa, dan bersikap lunak terhadap umatnya. Seandainya Nabi bersikap keras dan kaku, tentu umat akan meninggalkan Nabi. Namun Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi dan umatnya, sehingga dengan rahmat Allah, Nabi mengasihi terhadap umatnya. Tidak hanya itu, sikap lemah lembut dan kasih sayang merupakan prinsip dan pokok dari sebuah kebaikan. terbukti orang yang tidak memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayang, ia terhalang untuk melakukan kebaikan. sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim juz 4 halaman 2003 مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ، يُحْرَمِ الْخَيْرَ Artinya Barang siapa tiada memiliki kelembutan, baginya tiada kebaikan. HR Muslim Maksudnya orang tidak memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayang, ia akan terhalang dari segala kebaikan. karena kebaikan tiada bisa dilakukan kecuali dengan kelembutan dan kasih sayang. 3. Sahlun, yaitu mudah membantu orang lain Kalangan ini ringan tangan, gemar membantu kalangan lain baik dengan tenaga, pikiran, maupun harta. Ia ringan memberikan sebagian hartanya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan, apalagi di masa banyak terjadi musibah saat ini. Bantuan dapat disalurkan secara langsung atau melalui lembaga terpercaya, seperti Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah nahdlatul Ulama LAZISNU apalagi sedang terjadi bencana yang menimpa sesama. Tujuannya adalah meringankan saudara kita yang tengah terkena musibah. Mengapa orang yang ringan membantu saudaranya diharamkan masuk neraka? Karena orang mau memudahkan dan membantu kesulitan orang lain, akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat kelak, termasuk kemudahan masuk surga dan terhindar dari neraka. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, juz 4 halaman 2074, Nabi bersabda قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ Artinya Barang siapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa membantu orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya. HR Muslim. 4. Qarib, yaitu pandai berkomunikasi Dalam artian yang bersangkutan akrab, dekat, mengeluarga, pandai berkomunikasi, menyenangkan, dan murah senyum. Selalu menebar salam jika bertemu dengan orang lain. Karena banyak ajaran Islam yang mengajarkan agar manusia saling akrab, dekat, dan mengeluarga. Hal ini sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari, juz 1 halaman 12 لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ Artinya Tidak sempurna iman dari kalian hingga kalian mencintai apa-apa bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai apa-apa bagi diri sendiri. HR al-Bukhari. Nabi juga menganjurkan umatnya untuk saling memberi hadiah. Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Adabul Mufrad, juz 1, bahwa Nabi bersabda تَهَادُوا تَحَابُّوا Artinya Salinglah memberi hadiah, kalian akan saling mengasihi. HR Al-Bukhari. Imam al-Ghazali dalam karyanya, Ihya’ Ulumiddin juz 2 menjelaskan bahwa memberikan hadiah kepada saudaranya sangat dianjurkan oleh agama dengan tujuan untuk merekatkan persaudaraan dan kasih sayang. Merekatkan persaudaraan dan persahabatan merupakan salah satu ajaran agama Islam. Dari sini dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah agar kita tidak masuk neraka adalah selalu menjadi manusia yang rendah hati, lemah lembut, memberikan kemudahan, dan akrab dengan orang lain. Dan semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah agar kita menjadi manusia yang haram masuk neraka dan dimasukkan surga Allah SWT, amin. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah Kedua ​​​​​​​ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ KhutbahJumat: Dua Kisah Tentang Prinsip Loyal dan Tidak Loyal. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc December 21, 2018. 0 4,443 6 minutes read. Download. Dua kisah ini patut dipelajari agar kita punya prinsip berakidah yang benar, bagaimanakah bersikap loyal dan tidak loyal pada muslim dan non-muslim. Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْنِي نَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Hadirin jamaah Jumat hafidhakumullah, Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Hadirin… Di tengah krisis multidimensi yang menimpa bangsa kita ini, mulai dari krisis moral, krisis ideologi, krisis ekonomi, dan lain sebagainya, marilah renungkan firman Allah berikut ini وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ Artinya “Dan sungguh kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah buahan. Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah.” QS Al-Baqarah 155-157 Hadirin jamaah Jumat hafidhakumullah, Dari ayat tadi bisa kita telaah bahwa kehidupan manusia itu selalu berubah-ubah. Roda kehidupan selalu berputar, terkadang kita jumpai kemudahan dalam segala bidang, dan pada lain waktu, kita temukan kesulitan hidup. Di satu saat kita bisa bersedih, di saat lain kita bisa tiba-tiba menjadi gembira. Semua dinamika ini dinamakan sebagai ujian dari Allah subhânahu wa ta’âlâ agar iman kita bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah. Dalam kitab matan al-Kharidah al-Bahiyyah, Syekh Ahmad Dardir mendendangkan sebuah syair وَكُنْ عَلَى آلَائِهِ شَكُوْرًا، وَكُنْ عَلَى بَلاَئِهِ صَبُوْرًا Artinya “Dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah, dan bersabarlah atas cobaan-cobaan-Nya.” Qasidah ini menjelaskan tentang tugas kita, agar pandai-pandai bersyukur atas karunia Allah. Anugerah yang diberikan tidak membuat kita lena tentang bagaimana cara menggunakan nikmat tersebut secara baik dan benar. Begitu pula sebaliknya. Pada waktu kita dikasih cobaan oleh Allah, tugas kita adalah bersabar. Kita harus selalu ber-husnudhan kepada Allah. Kita perlu yakin, Allah akan memberikan kemudahan kepada kita, mungkin saja nanti atau di kemudian hari. Allah berfirman فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا Artinya Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.” QS As-Syarh 5-6 Di ayat ini, Allah mengulangi tentang kebersamaan antara kesulitan pasti akan ada kemudahan, itu pasti. Bahkan Allah mengulangi sampai dua kali. Kita tidak boleh meragukan firman Allah ini. Dalam sebuah hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radliyallâhu anh, Allah berfirman خَلَقْتُ عُسْرًا وَاحِدًا وَخَلَقْتُ سَيْرَيْنِ Artinya “Allah bersabda, Aku ciptakan kesulitan satu, tetapi di situ pula aku ciptakan dua kemudahan.” Hadirin, Sekarang ini, di antara kita mungkin sedang bertani, namun gagal panen. Atau panen sukses tapi harganya tidak sesuai harapan. Yang menjadi pelajar, nilai yang diperoleh kurang sesuai harapan. Yang kerja kantor, ada masalah di kantornya. Yang berdagang ditipu orang. Hal tersebut bisa saja menimpa kita. Di saat-saat demikian, kita tetap harus menata hati untuk memosisikan Allah pada dugaan yang selalu baik. Kata Allah dalam hadits qudsi menyebutkan أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ Artinya “Aku itu berada pada posisi dugaan hamba-Ku kepada-KU.” Maksudnya, jika kita meyakini Allah tidak akan bisa menyelesaikan masalah kita, masalah kita pun tidak akan kelar. Apabila kita yakin bahwa Allah bisa menyelesaikan urusan kita yang menurut ukuran kita itu sangat rumit, Allah pun akan menyelesaikan problem tersebut dengan skenarionya yang indah. Maka yang patut kita panjatkan kepada Allah bukan kalimat “Ya Allah, masalahku sungguh besar.” Bukan. Namun, dengan kalimat “Masalah! Allah-ku maha paling besar.” Seberapa besar masalah kita, Allah lebih agung daripada masalah kita. Hadirin, Perihal kesulitan, dari Ibnu Mas’ud menyebutkan وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْعُسْرُ فِيْ حُجْرٍ لَطَلَبَهُ الْيُسْرُ حَتَى يَدْخُلَ عَلَيْهِ وَلَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرًا Artinya “Demi Allah, seandainya kesulitan, keterpurukan, kegagalan itu berada dalam suatu lubang, pasti kemudahan akan mencarinya hingga bisa merangsek masuk. Dan kesulitan tidak akan bisa mengalahkan kemudahan. Dalam arti, kemudahan pasti akan menang.” Hadirin hafidhakumullâh, Solusi terbaik menghadapi hidup adalah optimism. اَلْيَقِيْنُ اَلْعِلْمُ كُلُّهْ Artinya “Optimisme merupakan sumber keilmuan, apa saja.” Mari kita bangun optimisme, sembari sambil membenahi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita, kita evaluasi sikap kita, kinerja kita, dengan tetap mengutamakan doa, munajat kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ yang rajin, shalat malam, supaya masalah kita diselesaikan oleh Allah dengan cara-Nya yang indah, insyaallah kita akan diberikan jalan keluar dari aneka krisis tersebut. Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam bersabda أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ إِنْتِظَارُ الْفَرَجِ Artinya “Sebaik-baik ibadah adalah menanti kegembiraan.” Yang dimaksud Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam kira-kira adalah optimisme menyambut datangnya kebahagiaan itu merupakan ibadah yang agung. Bagaimana kalau tidak agung apabila semua umat muslim di muka bumi ini berputus asa, tidak ada yang mau berusaha. Padahal putus asa merupakan suatu hal yang harus kita hindari. Lawan kata putus asa adalah optimisme, keyakinan yang tangguh. Pesan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang disebutkan dalam al-Quran وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ Artinya “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.” QS Yusuf 87 Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang perlu kita petik dari khutbah kali ini Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka dia sedang berduka. Jika bahagia, sikapnya harus bersyukur, jika berduka harus bersabar. Kedua, berdoa atau memohon kepada Allah dengan penuh optimisme itu sangat penting. وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ Artinya Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. QS Al-Baqarah 186 Dalam cerita Nabi Yunus saat dia ditelan oleh ikan, berkat doa yang ia panjatkan, Allah kemudian mengabulkan. Dzin Nun atau yang terkenal dengan nama Nabi Yunus pun akhirnya bisa keluar dari perut ikan. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Said bin Abi Waqash adalah دَعْوَةُ ذِي النُّوْنِ إِذَا دَعَا رَبَّهُ وَهُوَ فِيْ بَطْنِ الْحُوْتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِيْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتُجِيْبَ لَهُ Artinya “Doa Nabi Yunus ketika berada di perut ikan yang besar adalah Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minadh dhâlimîn.’ Tidak ada seorang muslim satu pun yang berdoa memakai kalimat itu kecuali dikabulkan doanya.” Ketiga, pentingnya berhusnudhan kepada Allah ta’âlâ. Berprasangka baik merupakan kunci kebahagiaan Keempat, bagi orang yang sedang dirundung duka, penuh cobaan hidup, hendaknya memperbanyak doa لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ العَظِيْمُ الحَلِيْمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ Atau يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ Atau الله الله رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا Semoga kita tergolong orang-orang yang diberikan anugerah bisa mensyukuri aneka macam nikmat Allah. Andai saja kita diberi cobaan, semoga kita dianugerahi sabar dan optimisme serta pribadi yang selalu dekat kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka. بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم، وجعلني واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. إنه هو البر التواب الرؤوف الرحيم. أعوذ بالله من الشيطن الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ 1 إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ 2 إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 3 ـ وقل رب اغفر وارحم وأنت ارحم الراحمين Khutbah II الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ KH. Ahmad Wazir Ali Namunapakah yang sebenarnya mendorong manusia untuk beribadah? Filsuf Muslim Abu ʿAli al-Ḥusayn ibn ʿAbd Allah ibn Sina atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Sina membagi motivasi beribadah menjadi tiga hal. Pertama, motivasi ala pedagang. Seseorang beribadah karena didorong oleh keuntungan timbal balik dari sesuatu yang ia keluarkan.

Pertama-tama, marilah kita memperkuat rasa syukur kita kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan ini. Kita semua tahu bahwa Allah SWT telah memberikan kita banyak nikmat, baik yang besar maupun yang kecil, yang seringkali kita terima sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun, di bulan Ramadhan, kita diingatkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepada kita, dan untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT. Rasa syukur adalah sikap yang sangat penting dalam hidup kita sebagai umat Muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Artinya “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ Artinya “Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” Hadis ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai dan bersyukur atas semua kebaikan yang diberikan kepada kita, baik itu datang dari Allah SWT atau dari manusia. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk memperkuat rasa syukur kita di bulan Ramadhan ini. Kita dapat melakukan hal-hal sederhana seperti memperbanyak dzikir dan doa, serta bersedekah kepada yang membutuhkan. Kita juga dapat memperkuat hubungan kita dengan keluarga, teman, dan sesama muslim dengan melakukan kebaikan dan memaafkan kesalahan mereka. Semoga Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk selalu bersyukur dan memperkuat iman kita di bulan suci Ramadhan ini. Amin. Sekian khutbah Jumat kali ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 8. Khutbah Jumat Tentang Belajar Ikhlas di Bulan Ramadhan Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah memberikan kita kesempatan untuk hadir di hadapan-Nya pada hari yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah menjadi teladan bagi kita semua. Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan telah tiba, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Bulan di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat murah hati dalam memberikan pahala dan ampunan kepada hamba-Nya yang beribadah dengan ikhlas. Dalam bulan Ramadhan, belajarlah untuk menjadi lebih ikhlas dalam setiap amalan yang kita lakukan. Ikhlas adalah kunci dari keberhasilan di dunia maupun di akhirat. Tanpa ikhlas, segala amalan yang kita lakukan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan." HR. Bukhari dan Muslim Oleh karena itu, mari kita belajar untuk menanamkan niat yang ikhlas dalam hati kita setiap kali melakukan amalan di bulan Ramadhan ini. Janganlah kita melakukannya semata-mata untuk pujian dari orang lain atau untuk tujuan dunia semata, melainkan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ingatlah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membutuhkan amalan kita. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kaya dan Maha Mandiri. Namun, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan dan keberkahan di dunia maupun di akhirat. Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita dan menjadi lebih ikhlas dalam setiap amalan yang kita lakukan. Mari kita jadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akhir kata, saya ingin mengajak kita semua untuk memperbanyak dzikir dan doa di bulan Ramadhan ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan hidayah dan keberkahan kepada kita semua. Aamiin ya rabbal 'alamin. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 9. Khutbah Jumat Tentang Mengkhatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita dengan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada petunjuk yang benar. Para jamaah yang dirahmati Allah, Hari ini, dalam kesempatan Khutbah Jumat yang mulia ini, saya ingin berbicara tentang keutamaan mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan kesempatan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada Allah di bulan Ramadhan adalah dengan mengkhatamkan Al-Qur'an. Mengkhatamkan Al-Qur'an bukan hanya sekadar membaca dan menyelesaikan Al-Qur'an dalam sebulan, tetapi juga memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 185, "Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil. Maka barang siapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Membaca satu huruf dari kitabullah Al-Qur'an di bulan Ramadhan itu sama dengan membaca satu khatam di luar bulan Ramadhan." Dengan demikian, mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah SWT. Kita dapat memperoleh pahala yang besar dan memperoleh keberkahan dalam hidup kita. Selain itu, mengkhatamkan Al-Qur'an juga dapat membantu kita untuk memperdalam pemahaman tentang agama dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan Ramadhan yang mulia ini dengan sebaik-baiknya. Marilah kita berusaha untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dengan memperhatikan makna-makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Dengan mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kemampuan untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan ini. Amin. 10. Khutbah Jumat Tentang Menjaga Semangat Puasa Pasca Ramadhan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia. Hari ini, kita telah melewati beberapa bulan sejak berakhirnya bulan suci Ramadhan. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk menjaga semangat puasa pasca Ramadhan. Puasa merupakan ibadah yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai manusia. Selain sebagai bentuk pengendalian diri, puasa juga memiliki banyak manfaat kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Puasa di bulan Ramadhan tentu memiliki nuansa tersendiri yang tidak dapat ditemukan pada bulan-bulan lain. Namun, bukan berarti kita tidak bisa menjaga semangat puasa setelah Ramadhan berakhir. Kita harus senantiasa berupaya untuk mempertahankan semangat puasa dalam kehidupan sehari-hari. "Ya Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?" Beliau menjawab, "Puasa Ramadan". "Apakah ada lagi selain itu?". Beliau menjawab, "Tidak, kecuali puasa sunnah." HR Bukhari dan Muslim Cara untuk menjaga semangat puasa pasca Ramadhan antara lain dengan senantiasa membiasakan diri untuk berpuasa di hari-hari sunnah, seperti Senin dan Kamis. Selain itu, kita juga bisa melaksanakan puasa sunnah lainnya, seperti puasa Arafah, puasa Asyura, dan lain sebagainya. “Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorangpun yang masuk melaluinya,” HR Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, Ibnu Majah Selain itu, menjaga semangat puasa juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas ibadah lainnya, seperti shalat, dzikir, dan sedekah. Dalam melakukan hal tersebut, kita harus senantiasa memiliki niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita juga harus senantiasa mengingat bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga menahan diri dari perbuatan dosa. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha untuk menjauhi segala bentuk perbuatan dosa dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Demikianlah khutbah singkat tentang menjaga semangat puasa pasca Ramadhan. Semoga apa yang telah disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Mari kita senantiasa berupaya untuk mempertahankan semangat puasa dan meningkatkan kualitas ibadah kita dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a'lam bisawab. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 11. Khutbah Jumat Tentang Mengeluarkan Zakat Fitrah Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk beribadah dan mendapatkan berbagai rahmat dari-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabat-sahabatnya yang meneladani kita dalam beragama. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Hari ini, kita telah memasuki bulan Ramadan yang penuh berkah. Bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan dari Allah. Di bulan yang penuh berkah ini, kita dianjurkan untuk menunaikan zakat fitrah sebagai bagian dari kewajiban kita sebagai umat Muslim. "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." QS. Al-Baqarah ayat 110 Zakat fitrah adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap orang Muslim yang mampu sebagai bentuk kepedulian kepada sesama, terutama kepada keluarga yang kurang mampu. Zakat fitrah ini wajib dikeluarkan sebelum hari raya Idul Fitri sebagai tanda syukur kita atas nikmat sehat dan kebahagiaan yang Allah berikan kepada kita selama bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda, "Islam dibangun atas 5 tiang pokok yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan naik haji bagi yang mampu." HR Bukhari Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Penting bagi kita untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk keluarga kita yang kurang mampu. Dengan mengeluarkan zakat fitrah, kita dapat membantu keluarga kita yang membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan makanan dan sandang mereka selama hari raya Idul Fitri. Kita sebagai Muslim haruslah memiliki rasa kepedulian dan empati kepada sesama. Dengan memberikan zakat fitrah kepada keluarga yang membutuhkan, kita dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, yaitu kebahagiaan dalam berbagi dan memberi. ”Rasulullah SAW mewajibkan zakat fithri dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat ied.” HR. Bukhari dan Muslim. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, "Dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri." HR. Bukhari Sekian khutbah singkat kita hari ini tentang pentingnya mengeluarkan zakat fitrah untuk keluarga. Semoga kita semua dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai umat Muslim dengan baik dan senantiasa diberikan kemudahan dan keberkahan dalam hidup kita. Amin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 12. Khutbah Jumat Tentang Cara Meraih Kemenangan Bulan Ramadhan Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk meraih bulan Ramadhan yang mulia. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarganya, sahabatnya, dan kita semua umatnya. Saudaraku yang dirahmati Allah, Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah, rahmat, dan ampunan. Ini adalah bulan yang penuh dengan kesempatan untuk meraih kemenangan di depan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita harus memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya agar kita dapat meraih kemenangan di bulan yang mulia ini. Salah satu cara untuk meraih kemenangan di bulan Ramadhan adalah dengan memperbanyak ibadah dan amalan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan harapan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." HR. Bukhari dan Muslim. Kita juga harus memperbaiki akhlak kita dan meningkatkan keimanan kita. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati." HR. Bukhari dan Muslim. Meraih kemenangan di bulan Ramadhan juga berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak amalan kita. Kita harus menghindari perilaku yang buruk, seperti mengumpat, memfitnah, dan mencaci maki orang lain. Kita juga harus menghindari maksiat dan perbuatan dosa lainnya, seperti zina, riba, dan sejenisnya. Kita harus ingat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Kita harus menjalankan semua amalan dengan penuh keikhlasan dan tekad yang kuat untuk meraih kemenangan di depan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saudaraku yang dirahmati Allah, Marilah kita memanfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Mari kita memperbanyak amalan kebaikan, memperbaiki akhlak kita, dan menjauhi hal-hal yang buruk. Dengan demikian, kita dapat meraih kemenangan di bulan yang mulia ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Aamiin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

ContohKhutbah Jum'at Singkat Padat Terbaru Tentang Pentingnya Ikhlas Dalam Beramal - Mudah-mudah shabat pembaca semua berada dalam lindungan allah swt juga sehat raga dan jiwa, Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan untuk berbagi sebuah tulisan tentang khutbah jum'at, semoga saja ini bisa bermanfaat terutama bagi yang sedang membutuhkan. Tapi sebelumnya, dari kami mohon maaf jika
Bogor - Beberapa hari terakhir ini beberapa daerah di Indonesia dilanda bencana. Ada gempa bumi di Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya. Lalu ada erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Bahkan, bencana yang menimpa sejumlah daerah di Indonesia ini ada yang memakan korban jiwa. Musibah adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Kita tidak tahu kapan bencana itu terjadi. Bencana sering muncul tiba-tiba tanpa dugaan. Pada Jumat pekan ini khatib dapat menyampaikan materi khutbah mengenai musibah kebencanaan. Materi khutbah ini menjabarkan tentang makna di balik musibah kebencanaan. Menelusuri Penyebab Sungai Eufrat Mengering yang Disebut Sebagai Tanda Kiamat Bom Bunuh Diri Bandung, PBNU Seharusnya BNPT Densus 88 Bisa Mendeteksi Drama Al-Fatihah Tim Maroko Sebelum Adu Penalti dan Sujud Syukur Usai Bungkam Spanyol di Piala Dunia 2022 Khatib tak perlu repot-repot membuat materinya. Khatib dapat menggunakan teks khutbah Jumat yang telah tersedia dalam artikel ini. Mengutip berikut adalah teks materi khutbah Jumat singkat mengenai musibah kebencanaan yang dapat digunakan khatib. Khutbah Pertamaإِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا Jamaah jumat yang berbahagia Marilah kita panjatkan puja dan puji kehadirat Allah Yang Maha Besar. Semoga kita senantiasa dilindungi dari bencana, malapetaka, dan lain sebagainya. Shalawat dan salam marilah kita limpahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw. Tidak lupa pula, berdirinya khatib di sini hendak mengingatkan kepada diri pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Hanya dengan iman dan takwa, kita dapat bertahan di tengah bencana dan kesulitan hidup. Lebih dari itu, iman dan takwa dapat menjadi modal bagi kita untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jamaah salat jumat yang berbahagia Musibah merupakan suatu fakta kehidupan yang tidak dapat diingkari. Musibah biasanya muncul tanpa diduga, tiba-tiba dan menimbulkan dampak tertentu pada manusia. Dampak tersebut bisa berupa kerusakan atau kehilangan nyawa, cacat, kehilangan harta benda dan sumber penghidupan. Pada intinya, dalam bahasa kita, bahasa Indonesia, musibah selalu dikaitkan dengan semua peristiwa yang menyakitkan, menyengsarakan, dan bernilai negatif yang menimpa manusia. Musibah dalam konteks ini merupakan peristiwa yang menimpa manusia baik yang berasal dari peristiwa alam maupun sosial. Namun, sesungguhnya, kata musibah dalam al-Quran secara umum mengacu pada sesuatu yang netral, tidak negatif atau positif. Kata musibah berasal dari kata a-shaba yang berarti sesuatu yang menimpa kita. Dalam istilah al-Quran, apa saja yang menimpa manusia disebut dengan “musibah”, baik yang berwujud kebaikan atau keburukan bagi manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” [ al-Hadid 57 22-23]. Pada firman-Nya yang lain, Allah menjelaskan bahwa jika “musibah” yang berupa kebaikan, maka hal itu berasal dari Allah, dan bila “musibah” berupa keburukan –yang kemudian disebut dengan bencana, maka karena perbuatan manusia sendiri. Allah menegaskan مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi” [ al-Nisa 4 79].Lanjutan Khutbah PertamaSidang jumat yang berbahagia Berdasarkan penjelasan tadi, al-Quran juga secara jelas dan sempurna menguraikan bahwa tidak semua musibah adalah bencana. Musibah yang disebut bencana dan bermakna negatif adalah musibah yang mendatangkan keburukan bagi manusia dan hal itu merupakan hasil dari perbuatan manusia sendiri juga, bukan dari Allah, meskipun secara kasat mata musibah itu terjadi di alam. Sebagaimana firman-Nya وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu” [ al-Syura 40 30]. Ketika musibah diartikan dengan penilaian yang negatif mendatangkan keburukan, maka manusia dianjurkan untuk memaknainya dengan mengembali-kan “esensi” peristiwanya kepada Allah. Dengan demikian, dalam konteks ini, manusia harus menyadari sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah “pelaku dan penerima” cobaan Allah berupa sesuatu yang dinilai tidak baik tersebut. Allah menyatakan اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ “yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” [ al-Baqarah 2 156]. Dengan memahami arti kata musibah seperti itu, maka musibah yang bernilai negatif merupakan salah satu cobaan dan ujian yang berupa keburukan. Dalam al-Quran cobaan dan ujian tersebut disebut dengan istilah bala’ sebagaimana firman Allah وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” [ al-Baqarah 2 155]. Di samping berfungsi sebagai ujian dan cobaan yang berupa keburukan, bala’ juga merupakan ujian dan cobaan yang berupa kebaikan. أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ . اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Saksikan Video Pilihan IniBencana Banjir dan Longsor Kolosal Cilacap, Pemerintah Tergagap* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. KhutbahJumat berikut ini berisi nasihat untuk senantiasa memanfaatkan segala kenikmatan hidup ini sebagai bekal dalam menghadapi masa yang akan datang (baca: kematian dan hari akhir). Sebab, sesuatu yang akan datang merupakan perkara yang tidak kita ketahui secara pasti. Namun, sesuatu yang pasti bahwa setiap kita akan menghadapi kematian. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ، فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ، وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kesempatan istimewa ini kita jadikan untuk saling mengingatkan akan makna takwa. Yakni bagaimana dalam sepekan, bahkan setiap saat untuk terus berupaya meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT. Dengan demikian, setiap detik kita merasa terus dipantau layaknya CCTV. Percayalah, kalau demikian dalam keseharian, maka kualitas dan kuantitas ibadah maupun penghambaan kita kepada Allah SWT akan terus meningkat. Mudah-mudahan kita tergolong orang yang bertakwa yang akan mendapatkan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan dengan keimanan serta ketakwaan yang kokoh ini, semoga kita akan mampu menjadi umat Islam yang sempurna yang mampu mewujudkan rukun iman dan melaksanakan rukun Islam. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Kesempurnaan Islam bisa kita raih dengan menjalankan lima ibadah yang terangkum dalam rukun Islam. Dan ibadah yang menjadi pungkasan dalam rukun Islam tersebut adalah berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Allah SWT berfirman dalam QS Ali 'Imran ayat 97 sebagai berikut وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ Artinya Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam. Hadirin yang Dirahmati Allah Ayat ini menjadi pengingat pada kita selaku umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin bisa melaksanakan ibadah haji. Dengan menjalankan rukun Islam yang kelima ini, tentu kita akan bisa menyempurnakan keislaman kita. Sehingga pergi ke Tanah Suci untuk berhaji selalu menjadi cita-cita dan impian umat Islam sejak lahir ke dunia ini. Namun dalam ayat ini, Allah memberi catatan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi orang-orang yang mampu untuk menunaikannya. Lalu pertanyaannya, apa kategori orang yang mampu dalam menjalankan ibadah haji? Para ulama membagi pengertian “mampu berhaji” menjadi dua kategori. Pertama adalah mampu melaksanakan haji dengan dirinya sendiri dan yang kedua adalah mampu melaksanakan haji dengan digantikan orang lain. Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya sendiri apabila memenuhi lima hal. Pertama adalah kesehatan jasmani. Kedua, sarana transportasi yang memadai. Ketiga, aman dan terjaminnya keselamatan nyawa, harta, dan harga dirinya selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji. Keempat, perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang dapat dipercaya dalam ibadah haji. Dan kelima rentang waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan haji. Jadi bisa kita pahami bahwa kriteria mampu untuk berhaji bukan hanya terkait dengan kemampuan finansial, namun banyak elemen yang perlu dipersiapkan untuk bisa dikatakan mampu berhaji. Jika seseorang sudah berusaha dan belum dapat mencukupi kriteria-kriteria mampu serta belum bisa melaksanakan ibadah haji, maka tidak ada dosa baginya. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا Artinya Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Dalam surat al-Maidah, ayat 6 juga ditegaskan oleh Allah SWT sebagai berikut مَا يُرِيْدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ Artinya Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian. Namun demikian, hadirin yang dirahmati oleh Allah, kita patut berbahagia karena di Indonesia, semangat dan antusias umat Islam untuk berhaji sangat tinggi. Berbagai upaya dilakukan individu muslim, baik secara moral maupun material untuk dapat segera diberangkatkan pemerintah ke Tanah Suci. Hal ini terlihat dari antrean daftar tunggu yang berdasarkan data Kementerian Agama bisa mencapai puluhan tahun. Dalam kondisi normal, pemerintah memberangkatkan 221 ribu jamaah untuk berhaji. Para jamaah Indonesia bergabung dengan kurang lebih 2,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Namun kita ketahui bersama bahwa tahun ini pelaksanaan ibadah haji diprioritaskan kepada mereka yang berusia tua. Belum lagi sebelumnya terkendala pandemi Covid-19. Dengan aturan yang ada, maka mereka yang telah mendaftar dan antreannya demikian panjang harus kembali menahan diri dan menebalkan kesabaran. Dengan demikian, kondisi ini tidak boleh menurunkan semangat umat Islam untuk terus berusaha dan berdoa guna mewujudkan impian untuk bisa beribadah di Tanah Suci. Sudah bisa dipastikan umat Islam, khususnya para calon jamaah haji yang memang sudah saatnya diberangkatkan, merasakan kesedihan atas penundaan haji ini. Pelaksanaan haji boleh tertunda, tapi niat mesti terus terjaga. Kerinduan untuk mengunjungi Baitullah seyogianya tak ikut mereda. Baik bagi orang yang sudah menunggu antrean berangkat maupun baru berikhtiar menabung untuk itu. Kita harus mampu mengambil hikmah atas kondisi ini dan berdoa semoga dengan ditundanya ini tidak mengurangi sama sekali makna niat kita untuk melaksanakan ibadah haji. Perlu kita sadari bahwa salah satu tujuan dari beragama atau maqashidus syari'ah adalah hifdhun nafs, menjaga keselamatan jiwa. Menjaga keselamatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Kaidah fiqih juga menegaskan bahwa دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ Artinya Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan. Dengan pertimbangan memberikan kesempatan kepada mereka yang usianya senja semoga menjadi jalan bagi kemudahan jamaah lain. Marilah kita berdoa semoga kondisi ini segera berlalu dan dapat kembali normal. Semoga Allah mengijabah doa kita semua, amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Contohkhutbah Jumat ini pernah dibawakan oleh Ust.Akhmad Tefur, ketua GPKSB (Gerakan Pembangunan Kebiasaan Shalat Berjamaah) di Masjid Raya Taman Yasmin Bogor, dan di Masjid Raya Cimanggu (Daarul Jannah) Bogor.. Waktu itu pas musim kampanye menjelang pemilu 2014. Namun demikian, contoh khutbah Jumat ini sangat cocok dan penting untuk dibawakan kapan pun dan di mana pun. Nama eBook Khutbah Jum’at Kisah Secangkir Kopi Penulis Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA حفظه الله ِAlhamdulillah, kita memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah memberi kita berbagai nikmat yang sangat banyak lagi tak terhitung banyaknya, selanjutnya shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan mereka yang mengikuti mereka dengan baik hingga suatu hari kiamat. Pada kesempatan ini penulis -semoga Allah menjaganya- pada awal khutbah menyertakan sebuah kisah tentang secangkir kopi, bagaimana kisahnya dan apa yang hendak dituju oleh penulis? silahkan download eBook ini Download atau atau KhutbahJumat Inspiratif: Kisah Pemuda dan Setan. Dalam kitab Talbis Iblis, Imam Ibnul Jauzi mengungkapkan sebuah kisah mashur tentang seorang pemuda yang ingin menebang pohon yang biasa disembah manusia. Dengan amarah karena Allah, dia mendatangi pohon tersebut. Tiba-tiba datanglah setan yang menjelma menjadi manusia dan menghadangnya. Khutbah I الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam pernah bercerita tentang dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sangat rajin beribadah. Rupanya si ahli ibadah yang selalu menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa tak betah untuk tidak menegur. Teguran pertama pun terlontar. Seolah tak memberikan efek apa pun, perbuatan dosa tetap berlanjut dan sekali lagi tak luput dari pantauan si ahli ibadah. “Berhentilah!” Sergahnya untuk kedua kali. Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?" Mungkin karena sangat kesal, lisan saudara yang rajin beribadah itu tiba-tiba mengeluarkan semacam kecaman وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.” Kisah ini terekam sangat jelas dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di bagian akhir, hadits tersebut memaparkan, tatkala masing-masing meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Kepada yang tekun beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?" Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan. "Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "Wahai malaikat giringlah ia menuju neraka." Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Cerita tersebut mengungkapkan fakta yang menarik dan beberapa pelajaran bagi kita semua. Ahli ibadah yang sering kita asosiasikan sebagai ahli surga ternyata kasus dalam hadits itu justru sebaliknya. Sementara hamba lain yang terlihat sering melakukan dosa justru mendapat kenikmatan surga. Mengapa bisa demikian? Karena nasib kehidupan akhirat sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah. Pada hakikatnya, manusia tak memiliki kewenangan untuk memvonis orang atau kelompok lain sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, dilaknat atau dirahmati. Tak ada alat ukur apa pun yang sanggup mendeteksi kualitas hati dan keimanan seseorang secara pasti. Yang bisa kita cermati hanya tampilan lahiriahnya belaka. Soal kepastian hati, apalagi nasib kelak di akhirat tak seorang pun dari kita sanggup mendeteksi. Jika diamati, ahli ibadah dalam kisah hadits di atas terjerumus ke jurang neraka lantaran melakukan sejumlah kesalahan. Pertama, ia lancang mengambil hak Allah dengan menghakimi bahwa saudaranya “tak mendapat ampunan Allah dan tidak akan masuk surga”. Mungkin ia berangkat dari niat baik, yakni hasrat memperbaiki perilaku saudaranya yang sering berbuat dosa. Namun ia ceroboh dengan bersikap selayak Tuhan menuding orang lain salah sembari memastikan balasan negatif yang bakal diterimanya. Dalam konteks etika dakwah, si ahli ibadah sedang melakukan perbuatan di luar batas wewenangnya sebagai pengajak. Ia tak hanya menjadi dâi tukang ajak tapi sekaligus hâkim tukang vonis. Padahal, Al-Qur’an mengingatkan اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik, dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia Maha mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.” An-Nahl [16] 125 وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ “Dan katakanlah "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir". Al-Kahfi [18] 29 Ayat ini tak hanya berpesan tentang keharusan seseorang untuk berdakwah secara arif dan santun melainkan menegaskan pula bahwa tugas seseorang hamba kepada hamba lainnya adalah sebatas mengajak atau menyampaikan. Mengajak tak sama dengan mendesak, mengajak juga bukan melarang atau menyuruh. Mengajak adalah meminta orang lain mengikuti kebaikan atau kebenaran yang kita yakini, dengan cara memotivasi, mempersuasi, sembari menunjukkan alasan-alasan yang meyakinkan. Urusan apakah ajakan itu diikuti atau tidak, kita serahkan kepada Allah subhânahu wa taâlâ tawakal. Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Kesalahan kedua yang dilakukan ahli ibadah dalam kisah tersebut adalah ia terlena terhadap prestasi ibadah yang ia raih. Hal itu dibuktikan dengan kesibukannya untuk mengawasi dan menilai perilaku orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dalam tingkat yang lebih parah, sikap macam ini dapat membawa seseorang pada salah satu akhlak tercela bernama tajassus, yakni gemar mencari-cari keburukan orang lain. Apalagi, bila orang yang menjadi sasaran belum tentu benar-benar berbuat salah. Seringkali lantaran kesalahpahaman dan perkara teknis, sebuah perbuatan secara sekilas pandang tampak salah padahal tidak. Di sinilah pentingnya tabayun klarifikasi dalam ajaran Islam. Tentu saja memperbanyak ibadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi 'ujub bangga diri. Ujub merupakan penyakit hati yang cukup kronis. Ia bersembunyi di balik kelebihan-kelebihan diri kemudian pelan-pelan mengotorinya. Bisa saja seseorang selamat dari perbuatan dosa tapi ia kemudian terjerumus ke dalam jurang yang lebih dalam, yakni ujub. Mesti diingat, menghindari perbuatan dosa memang hal yang amat penting, tapi yang lebih penting lagi bagi seseorang yang terbebas dari dosa adalah menghindari sifat bangga diri. Sebuah maqalah bijak berujar, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.” Watak buruk dari kelanjutan sifat ujub biasanya adalah merendahkan orang lain. Amal ibadah yang melimpah, apalagi disertai pujian dan penghormatan dari masyarakat sekitar, sering membuat orang lupa lalu dengan mudah menganggap remeh orang lain. Orang-orang semacam ini umumnya terjebak dengan penampilan luar. Mereka menilai sesuatu hanya dari yang tampak secara kasat mata. Padahal, bisa saja orang yang disangkanya buruk, di mata Allah justru lebih mulia karena lebih banyak memiliki kebaikan namun lantaran bukan tipe orang yang suka pamer amal itu pun luput dari pandangan mata kita. Jamaah shalat Jumat hadâkumullâh, Dakwah berasal dari lafadh daâ-yadû yang secara bahasa semakna dengan an-nidâ’ dan ath-thalab. An-nidâ’ berarti memanggil, menyeru, mengajak; sementara ath-thalab dapat diterjemahkan dengan meminta atau mencari. Istilah dakwah bisa didefinisikan sebagai upaya mengajak atau menyeru kepada iman kepada Allah dan segenap syariat yang dibawa Rasulullah serta nilai-nilai positif lainnya. Dakwah sangat dianjurkan dalam Islam sebagai pelaksanaan prinsip amar ma’ruf nahi anil munkar. Umat Islam diperintah untuk menyebarkan pesan kebaikan ma’ruf dan tak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran. Hanya saja, dalam praktiknya semua dijalankan dalam koridor yang bijaksana, sehingga usaha amar ma’ruf terealisasi dengan baik dan pencegahan kemungkaran pun tak menimbulkan kemungkaran baru lantaran tidak dijalankan dengan cara-cara yang mungkar. Karena itu, kita mengenal dalam proses dakwah dua hal, yaitu isi dakwah dan cara dakwah. Terkait isi, dakwah memiliki lingkup yang sangat luas, dari persoalan akidah, ibadah hingga akhlak keseharian seperti ajakan untuk tidak menggunjing dan membuang sampah sembarangan. Dakwah memang bukan monopoli tugas seorang dai, siapa pun bisa menjadi pengajak, namun dakwah menekankan pelakunya memiliki bekal ilmu yang cukup tentang hal-hal yang ingin ia serukan. Hal ini penting agar dakwah tak hanya meyakinkan tapi juga tidak sepotong-sepotong. Yang tak kalah penting adalah cara. Betapa banyak hal-hal positif di dunia ini gagal menular karena disebarluaskan dengan cara-cara yang keliru. Begitu pula dengan dakwah. Dalam hal ini kita bisa berkaca kepada Rasulullah. Di tengah fanatisme suku-suku yang parah, kebejatan moral yang luar biasa, dan kendornya prinsip-prinsip tauhid, dalam jangka waktu hanya 23 tahun beliau sukses membuat perubahan besar-besaran di tanah Arab. Bagaimana ini bisa dilakukan? Kunci dari kesuksesan revolusi peradaban itu adalah dawah bil hikmah, seruan yang digaungkan dengan cara-cara bijaksana. Akhlak Nabi lebih menonjol ketimbang ceramah-ceramahnya. Beliau tak hanya memerintah tapi juga meneladankan. Rasulullah juga pribadi yang egaliter, memahami psikologi orang lain, menghargai proses, membela orang-orang terzalimi, dan tentu saja berperangai ramah dan welas asih. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian bahwa ada rambu-rambu dakwah yang perlu diingat, yakni jangan membenci dan merendahkan orang lain, apalagi mencaci maki dan memojokkannya. Karena jika hal itu kita lakukan maka keluarlah kita dari motivasi dakwah sesungguhnya. Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah. Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi tentang bahasa Arab dasar bahwa da'wah artinya mengajak bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah bukan marah, merangkul bukan memukul. Yang paling mengerikan tentu saja adalah dakwah dikuasai amarah dan hawa nafsu sehingga menimbulkan pemaksaan dan aksi-aksi kekerasan, hanya karena menganggap orang lain sebagai musyrik, musuh Allah, dan karenanya harus diperangi. Jika sudah sampai pada level ini, pendakwah tak hanya sudah melenceng jauh dari esensi dakwah, tapi juga pantas menjadi sasaran dakwah itu sendiri. Al-Qur'an sudah sangat benderang menegaskan bahwa tak ada paksaan dalam agama, dan oleh sebab itu menggunakan pendekatan kekerasan sama dengan mencampakkan pesan ayat suci. Dalam sebuah hadits dijelaskan عن حذيفة رضي الله عنه قال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ بَهْجَتَهُ عَلَيْهِ ، وَكَانَ رِدْءًا لِلْإِسْلَامِ انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ ، وَسَعى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ " . قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ ! أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ الرَّامِي أَوِ الْمَرْمِيِّ ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " بَلِ الرَّامِي " Dari Hudzaifah radliyallâhu anh, Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam bersabda, “Sungguh yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah orang yang membaca Al-Qur’an sampai terlihat kegembiraannya dan menjadi benteng bagi Islam, kemudian ia mencampakkannya dan membuangnya ke belakang punggung, membawa pedang kepada tetangganya dan menuduhnya syirik.” Saya Hudzaifah bertanya “Wahai Nabi, siapakah yang lebih pantas disifati syirik, yang menuduh atau yang dituduh?” Rasulullah menjawab “Yang menuduh.” HR Ibnu Hibban Na’ûdzubillâhi mindzâlik. Semoga kita semua dilindungi Allah dari perbuatan buruk baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Jamaah shalat Jumat asadakumullâh, Tekun dalam beribadah kemudian mengajak sesamanya untuk melakukan hal yang serupa merupakan sesuatu yang dipuji dalam agama. Hanya saja, dakwah atau mengajak memiliki batasan-batasan. Setidaknya ada dua tips yang bisa dipegang agar seseorang tak melampaui batasan tugas sebagai seorang pengajak. Pertama, muhâsabah introspeksi. Meneliti aib orang yang paling bagus adalah dimulai dari diri sendiri. Muhasabah akan mengantarkan kita pada prioritas perbaikan kualitas diri sendiri, yang secara otomatis akan membawa pengaruh pada perbaikan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, “Ashlih nafsaka yashluh lakan nâs. Perbaikilah dirimu maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.” Kedua, tawâdlu rendah hati. Sikap ini tidak sulit tapi memang sangat berat. Rendah hati berbeda dari rendah diri. Tawaduk adalah kemenangan jiwa dari keinginan ego yang senantiasa merasa unggul merasa paling benar, paling pintar, paling saleh, dan seterusnya—yang ujungnya meremehkan orang lain. Tawaduk membuahkan sikap menghargai orang lain, sabar, dan menghormati proses. Dalam perjalanan dakwah, tawaduk terbukti lebih menyedot banyak simpati dan menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah seruan kebaikan. Fakta ini bisa kita lihat secara jelas dalam perjuangan Nabi dan pendakwah generasi terdahulu yang tercatat sejarah hingga kini. Wallâhu alam bish-shwâb. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Mahbib Khoiron * Teks khutbah ini pernah diikutsertakan pada Sayembara Khutbah Damai yang digelar PeaceGeneration Indonesia, Gerakan Islam Cinta, Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkot Bandung, Forum Silaturahim Umat Islam Indonesia FSUII, Lembaga Studi Agama dan Budaya Indonesia LSABI, Penerbit Salam Books, dan MasterPeace Writing Labs Bacajuga: Khutbah Jumat: Islam Agama Rahmatan Lil'alamin. Berikut ini materi Khutbah Jumat bertema Hidup Bermakna dengan Sedekah yang dikutip dari buku 'Kumpulan Naskah Khutbah Jum'at terbitan Khutbah Pertamaإنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًااللهم صل و سلم على أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُHadits Tentang Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan, suatu kali sekelompok orang yang merupakan delegasi dari penduduk Kufah, Irak, berkunjung ke Madinah untuk menghadap kepada Umar bin Al-Khathab. Di antara mereka ada seseorang yang biasa mencela Umar berkata, ”Apakah di antara kalian ada yang berasal dari Qaran.” Lalu orang itu menghadap Umar. Kemudian Umar berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah bersabda,إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”Sesungguhnya akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit belang berwarna putih. Lalu dia berdoa kepada Allah, dan Allah pun menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian.”Dari jalur yang lain disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu berkata,إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ” Sebaik-baik tabi’in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [Shahih Muslim No. 4612 – Kitab Keutamaan sahabat]Berita tentang Uwais yang disebutkan dalam hadits tadi telah mengundang rasa penasaran banyak sahabat Nabi ﷺ, terutama Umar bin Al-Khathab radhiyallahu siapakah sebenarnya Uwais tersebut? dia begitu istimewa sehingga Nabi ﷺ sampai meminta kepada Umar radhiyallahu anhu agar mencari dirinya dan bila bertemu agar meminta dia memohonkan ampun dirinya kepada Allah Ta’ Umar dan Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Di dalam Shahih Muslim No. 4613 – Kitab Keutamaan sahabat, disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu bila didatangi oleh rombongan orang-orang Yaman, beliau selalu bertanya kepada mereka, ”Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir ? ”Hingga pada suatu hari, Umar bin al- Khaththab bertemu dengan Uwais. Dia bertanya, ”Apakah kamu Uwais bin Amir?” Uwais menjawab, ”Ya.” Umar bertanya lagi,”Kamu berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran? Uwais menjawab, ”Ya.”Umar bertanya lagi, ”Apakah kamu pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham?” Uwais menjawab; Ya.’ Umar bertanya lagi; Apakah ibumu masih hidup?” Uwais menjawab, ”Ya.”Lalu Umar bin Khaththab berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ”Uwais bin Amir akan datang kepada kalian bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya. Maka jika kamu dapat meminta agar dia memohonkan ampunan untukmu, lakukanlah!”Maka dari itu, mohonkanlah ampunan untukku.” Lalu Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Al-Khaththab. Setelah itu, Umar bertanya kepada Uwais, ”Kamu ingin kemana?” Uwais bin Amir menjawab, ”Kufah.”Umar berkata lagi, ”Apakah aku perlu membuatkan surat untukmu kepada pejabat Kufah?” Uwais bin Amir menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Baca juga Khutbah Jum’at Keutamaan Berbakti Kepada Orang TuaSiapa Uwais Al Qarni?Jamaah Jumat rahimakumullah,Uwais bin Amir yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan Uwais Al-Qarni adalah manusia istimewa yang sangat dekat dengan penguasa langit dan bumi, sehingga doa dan sumpahnya sangat mustajab. Lantas siapakah sebenarnya dirinya?Bila ditelurusi di dalam kitab-kitab biografi orang-orang pilihan di tiga generasi yang utama dalam Islam, yaitu generasi Sahabat Nabi ﷺ, Tabi’in dan Tab’iut tabi’in, yang ditulis oleh para ahli sejarah Islam, pasti akan didapatkan nama Uwais Al Qarni rahimahullah sebagai salah satu tokoh yang disebut dan diulas identitas dirinya dan al-Qarni adalah teladan bagi orang zuhud yang menghindarkan diri dari dunia, sehingga Allah menjaga mereka dan memberikan kasih sayang dan keridhaan-Nya. Uwais al-Qarni adalah tokoh dari generasi tabi’in di zamannya. Demikian dituturkan Imam adz-Dzahabi. Ia juga dikenal sebagai junjungan dari orang-orang yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nyaوَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah 100]Dia adalah Abu Amr bin Amir bin Juz’i bin Malik al-Qarni al-Muradi al-Yamani. Qarn adalah salah satu suku dari salah satu kabilah Arab bernama Murad. Uwais Al-Qarni ini juga termasuk satu dari wali Allah yang bertakwa. Ia dilahirkan saat terjadi peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ ke Madinah. Ia mempunyai seorang ibu yang sangat ia Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Apa sajakah keistimewaan Uwais bin Amir al Qarni rahimahullah? Bila kita perhatikan riwayat Imam Muslim yang menceritakan sabda Nabi ﷺ tentang Uwais Al Qarni dan dialog antara Umar bin Al-Khathab dengannya, bisa disimpulkan sejumlah kelebihannya. Belum lagi bila digali dari penjelasan para ulama, mungkin akan didapatkan tambahan informasi tentang keistimewaan Uwais Al Qarni antara kelebihan dan keistimewaan Uwais Al Qarni adalahSangat berbakti kepada jelas disebutkan oleh sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ” Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya.”Baca juga Khutbah Jum’at Mengapa Ibu Lebih Utama dari AyahMustajab doanya dan sumpahnyaHal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَم“Ia dulunya memiliki penyakit kulit belang vitiligo kemudian ia berdoa kepada Allah kemudian menghilangkan penyakit itu dari dirinya kecuali seukuran dinar atau dirham.” [Hadits riwayat Muslim]Beliau juga bersabda,لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ” Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya..”Zuhud dan rendah hatiHal ini terlihat dari jawaban Uwais Al Qarni saat diberi tawaran oleh Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu sebagai seorang Khalifah untuk memberikan semacam memo atau rekomendasi baginya yang bila diserahkan kepada pejabat gubernur di Kufah niscaya Uwais akan mendapatkan perlakukan khusus oleh sang jadi itu berupa berbagai fasilitas kehidupan yang lebih dari warga biasa atau diberi kedudukan khusus di pemerintahan atau diberi kemudahan untuk berada di lingkungan para pejabat di Kufah. Namun semua itu tidak diharapkan sama sekali oleh Uwais Al-Qarni. Dia tegas menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Ini jelas menunjukkan kezuhudannya dan kerendahan hatinya. Dia benar-benar tidak suka dengan gemerlapnya dunia. Sifat zuhud terhadap dunia adalah salah satu sifat paling menonjol dari Uwais Al-Qarni. Ini telah ditegaskan oleh para ulama ahli suka popularitasHal ini jelas terlihat saat beliau memilih tinggal di Kufah usai berjumpa dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu anhu. Dia tidak memilih untuk kembali ke Yaman. Kartu asli tentang kelebihannya telah dibuka di hadapan utusan dari Yaman. Ini pasti akan menyebar luas di lingkungan masyarakat Yaman. Ia lebih suka tinggal di masyarakat yang tidak mengenal jati pun tidak ingin dikenalkan oleh Umar kepada pejabatnya di Kufah. Hal ini menunjukkan dirinya tidak suka diketahui kelebihannya. Dalam Shahih Muslim no. 4613 dikisahkan, setahun setelah tinggal di Kufah, salah seorang tokoh terkemuka di Kufah melaksanakan ibadah haji dan bertemu dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu bertemu dengan Umar radhiyallahu anhu, dia baru tahu bahwa Uwais adalah orang yang punya keistimewaan berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ yang disampaikan oleh Umar radhiyallahu anhu kepadanya. Saat pulang ke Kufah di kemudian menyempatkan diri menemui Uwais dan memintanya agar memohonkan ampun kepada Allah untuk awalnya Uwais menolak permohonan tersebut sampai dua kali. Bahkan Uwais yang memintanya untuk memohonkan ampun untuk dirinya karena tokoh Kufah tersebut barusan pulang dari safar yang setelah tokoh tersebut bersikukuh meminta Uwais agar memohonkan ampun kepada Allah untuk dirinya, Uwais langsung bertanya apakah dia bertemu dengan Umar saat di Mekkah, dia menjawab, “ya.” Lantas Uwais memohonkan ampun untuk dirinya karena rahasianya telah dibuka. Ini membuktikan bahwa beliau tidak suka menonjolkan dirinya dan menjauhi قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيمKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًااللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعدJamaah Jumat rahimakumullah,Ada banyak hikmah yang terkandung di dalam kisah Uwais bin Amir Al-Qarni ini. Di antaranya adalahHadits tentang Uwais ini menunjukkan salah satu bukti benarnya sabda Nabi ﷺ tentang sesuatu yang akan terjadi di masa datang. Ini merupakan sebuah mukjizat bagi beliau Umar bin Al-Khathab radhiyallahu shahih ini memberikan pelajaran penting kepada kita tentang tawadhu’nya Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu. Beliau sudah jelas mendapatkan kepastian akan masuk surga berdasarkan berita gembira langsung dari Rasulullah demikian beliau masih terus berusaha keras menjalankan pesan Nabi ﷺ kepadanya untuk mencari Uwais dan meminta dia agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua terutama seseorang di sisi Allah Ta’ala tidak berdasarkan penampilan zhahir seseorang namun berdasarkan keadaan amal dan hati ini sebagaimana sebuah hadits shahih riwayat Muslim 2564عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْDari Abu Hurairah, ia berkata,” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati dan amalan kalian.”Dalam hadits lain juga diceritakan عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- قال مَرَّ رجلٌ على النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال لرجل عنده جالسٌ ما رأيُك في هَذا؟»، فقال رجل من أَشراف الناس، هذا والله حَرِيٌّ إن خَطب أن يُنْكَحَ، وإن شَفع أن يُشَفَّعَ، فَسكت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ثم مرَّ رجلٌ آخر، فقال له رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ما رأيُك في هذا؟» فقال يا رسول الله، هذا رجلٌ من فقراء المسلمين، هذا حَرِيٌّ إن خَطب أن لا يُنْكَحَ، وإن شَفَعَ أن لا يُشَفَّعَ، وإن قال أن لا يُسمع لقوله، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- هذا خَيرٌ من مِلءِ الأرض مثل هذا». [صحيح.] – [رواه البخاري.]Dari Sahal bin Sa’ad As-Sā’idi -raḍiyallāhu anhu-, dia berkata, “Seorang pria pernah melintasi di depan Nabi ﷺ Lalu beliau bertanya kepada seorang yang duduk di dekatnya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”Orang itu menjawab, ”Ia termasuk orang terhormat di antara manusia. Demi Allah, jika ia melamar, maka ia layak untuk dinikahkan. Jika ia memohonkan untuk orang lain, maka ia layak diterima permohonannya .” Lalu Rasulullah ﷺ lewat pria lain, lalu Rasulullah ﷺ bertanya lagi kepada sahabat yang ada di dekatnya, ”Apa pendapatmu tentang orang ini?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, ini adalah orang fakir di tengah kaum orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memohonkan sesuatu untuk orang lain, maka permohonannya akan ditolak. Jika ia berbicara, maka omongannya tidak akan didengarkan.” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang ini lebih baik dari orang tadi walau sepenuh bumi.” [Hadis riwayat oleh Al-Bukhari]Kisah ini menjadi bukti tentang keutamaan menyembunyikan kebaikan dan keutamaan serta menjadi orang-orang yang tidak ini sebagaimana hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu yang mengatakab bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ”Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati dan tersembunyi.” [Hadits riwayat Muslim no. 2965]Imam Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah pernah berkata, ”Jadilah orang yang menyukai status khumul’ status tersembunyi dan tidak dikenal dan membenci popularitas. Namun jangan engkau tampakkan bahwa engkau menyukai status rendah itu sehingga menjadi tinggi hati. Sesungguhnya mengklaim diri sendiri sebagai orang zuhud justru mengeluarkan dirimu dari kezuhudan. Karena dengan cara itu, kamu telah menarik pujian dan sanjungan untuk dirimu.”Dianjurkan untuk meminta doa dan permohonan ampun melalui perantaraan orang yang dikenal Allah Subahnahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semuanya kesadaran yang kuat untuk mencontoh peri kehidupan orang-orang yang shalih yang hidup di zaman terbaik dalam sejarah Islam, sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita PenutupMarilah kita akhiri khutbah jumat tentang Uwais Al Qorni ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِاللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَارَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًااللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَىرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اسألوه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبرBaca Juga– Contoh Materi Khutbah Jum’at– Hukum Khutbah Jum’at Kajian Fikih– Khutbah Jumat Mencetak Anak Sholeh
Sesungguhnyayang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir." (QS Yusuf: 87) Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang perlu kita petik dari khutbah kali ini: Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka dia sedang berduka.
.
  • 592dd91p9v.pages.dev/472
  • 592dd91p9v.pages.dev/363
  • 592dd91p9v.pages.dev/714
  • 592dd91p9v.pages.dev/404
  • 592dd91p9v.pages.dev/414
  • 592dd91p9v.pages.dev/88
  • 592dd91p9v.pages.dev/517
  • 592dd91p9v.pages.dev/687
  • 592dd91p9v.pages.dev/236
  • 592dd91p9v.pages.dev/543
  • 592dd91p9v.pages.dev/250
  • 592dd91p9v.pages.dev/353
  • 592dd91p9v.pages.dev/151
  • 592dd91p9v.pages.dev/301
  • 592dd91p9v.pages.dev/508
  • khutbah jumat cerita motivasi