Banyakorang yang mengaku mencintai ahlul bait akan tetapi membenci para istri Rasulullah SAW. Mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait Terbukti, mengapa sampai seorang anak angkat Nabi Muhammad SAW namanya diabadikan dalam Al Quran? Mengapa, Nabi Isa As. ditambah dengan bin Maryam dsb. Januari 5, 2011 at 2:55 pm

loading...Seumur hidup beliau, Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengumandangkan adzan ternyata ada sebabnya. Foto ilustrasi muazin/Ist Mengapa Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam SAW tidak pernah mengumandangkan adzan ? Simak alasannya berikut ini. Sebagaimana diketahui pada masa Rasullullah SAW, adzan selalu dikumandangkan oleh beberapa sahabat di antaranya Bilal bin Robbah, Ibnu Ummi Maktum, Abu Mahzurah, dan Sa'ad Al-Qarazh radhiyallahu 'anhum. Inilah sahabat yang menjadi muazzin juru Adzan Rasulullah SAW. Lalu, apa alasan Nabi Muhammad SAW tidak mengumandangkan Adzan? Habib Abdurrahman Assagaf Ternate dalam satu kajiannya mengatakan, ada satu hikmah besar yang patut diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW sangat menyayangi umatnya melebihi diri beliau SAW seumur hidup tidak pernah mengumandangkan Adzan sebelum didirikannya sholat berjamaah, ternyata ada sebabnya. Alasannya adalah Nabi khawatir jika Beliau mengumandangkan Adzan, sampai pada kalimat حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ "hayya 'alass sholah" mari dirikan sholat, kemudian di saat itu tidak ada yang datang ke masjid, maka umatnya akan demikian? Karena menjawab panggilan Nabi itu hukumnya wajib dan harus segera ditunaikan. Rasulullah SAW takut kelak membebani Abdurrahman Assagaf juga menerangkan, apabila Nabi Adzan maka dikhawatirkan akan menjadi suatu perkara yang wajib. Perlu diketahui secara hukum, sholat berjamaah di masjid hukumnya ada khilaf di kalangan ulama Fuqaha. Dalam Mazhab Syafi'i ada 2 pendapat yang tarjih kuat. Pertama menyebutkan bahwa sholat berjamaah di masjid hukumnya fardhu kifayah menurut Imam An-Nawawi 631-676 H. Artinya, jika sholat berjamaah itu dikerjakan beberapa orang saja, maka gugurlah kewajiban muslim yang lain. Pendapat kedua mengatakan Sunnah Mazhab Hambali dan Hanafi mengatakan sholat berjamaah di masjid hukumnya wajib. Kesimpulannya terjadi khilaf di kalangan ulama terkait hukum sholat berjamaah ke topik di atas, seandainya dulu Rasulullah SAW mengumandangkan adzan, maka sholat berjamaah mutlak menjadi wajib karena ada kalimat "hayya 'alas sholah" yang diserukan oleh Nabi. Artinya, yang terlambat datang ke masjid akan berdosa, yang tidak datang ke masjid akan berdosa."Nabi tidak mau memberatkan umatnya, maka beliau tinggalkan adzan. Yang diperintah untuk mengumandangkan Adzan pada masa Belia adalah Sayyidina Bilal, Abdullah Ibnu Ummi Maktum. Inilah bentuk kasih sayang Nabi kepada umatnya," jelas Habib sebabnya dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah, Nabi Muhammad SAW disifati dengan Ar-Rauf sangat mengasihi sifat Ar-Rahim penyayang yang termasuk sifatnya Allah Ta'ala. Kedua sifat ini Allah berikan kepada kekasih-Nya Nabi Muhammad جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ‏Artinya "Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." QS At-Taubah Ayat 128Demikian alasan mengapa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengumandangkan adzan. Beliau sangat menyayangi umatnya dan tidak mau memberatkan umatnya. Baca Juga Berikut Tusiyah Habib Abdurrahman Assagaf disiarkan Channel AQSHAGHAFI 9 November 2021 rhs
RasulullahSAW dikenal sebagai sosok dengan budi pekerti luhur. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nabi Muhammad SAW dimusuhi masyarakat Arab setelah menyampaikan seruan langit bahwa Allah SWT merupakan Tuhan alam semesta. Suku Quraisy dipimpin Abu Lahab yang sangat keras memusuhi Nabi Muhammad SAW. Meski demikian, tidak membuat Nabi Muhammad SAW gentar
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir. Foto Unsplash/Rumman AminNabi Muhammad SAW adalah nabi yang ke-25 dalam Al-Quran. Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk mempercayai bahwa tidak ada rasul lain setelah kematian Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya, mengapa Nabi Muhammad SAW disebut rasul terakhir?Bukan tanpa alasan Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir. Sehingga, kita dilarang untuk mempercayai bahwa adanya rasul setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, bahkan sampai memiliki cara pandang berbeda dengan di Balik Nabi Muhammad SAW Disebut Rasul TerakhirIlustrasi bukti Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir. Foto Unsplash/Sohaib Al KharsaNabi Muhammad SAW ditunjuk menjadi rasul terakhir Allah SWT dan mendapatkan Al-Quran yang merupakan kitab sempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Artinya, wahyu yang sudah diterima Nabi Muhammad SAW sudah terputus sejak beliau meninggal Katsir menjelasakan“Ini merupakan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang terbesar atas umat ini. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyempurnakan untuk mereka agama mereka. Sehingga, mereka tidak lagi membutuhkan agama selain agama mereka. Mereka tidak pula membutuhkan nabi selain Nabi mereka. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikannya sebagai penutup para nabi. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus beliau kepada manusia dan كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّـهِ وَ خَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًاArtinya “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." QS. Al-Ahzab 40Dikutip dari buku Situs-Situs Dalam Al Qur'an oleh Syahruddin El-Fikri 2010 106, para ahli bahasa memberikan makna terhadap khatama dalam Surat Al-Ahzab ayat 40 dengan Al-Istitsaqu wal man’u yang artinya memastikan dan menolak sesuatu. Sehingga, Al-Quran menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai khatam an-nabiyyin, artinya pasti dan tidak ragu bahwa beliau sebagai nabi terakhir dan menolak orang yang mengaku di kemudian alasan di balik Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir dijelaskan oleh Syekh al-Jazairy dalam Al-Jawahir al-Kalamiyah“Sebenarnya nabi kita Muhammad dikatakan sebagai penutup para nabi itu hanya karena sesungguhnya hikmah terputusnya para nabi itu untuk menyeru umat manusia agar beribadah kepada Allah, menunjukkan mereka ke jalan yang lurus dalam urusan kehidupan duniawi dan ukhrawi, memberi tahu kepada mereka tentang hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh penglihatan mereka, dan memberi tahu keadaan yang pemikiran mereka belum sampai, dan menetapkan dalil yang meyakinkan, serta menghilangkan syubhat-syubhat keserupaan yang tidak itu, umat manusia tidak memerlukan lagi kepada Nabi sesudah Nabi Muhammad, sebab syariatnya telah mencapai batas kesempurnaan. Dan dari alasan inilah, tampak jelas tentang rahasia terutusnya beliau untuk seluruh umat manusia, dan keberadaan beliau sebagai manusia yang paling utama dalam segi fisik serta akhlaknya.”Demikianlah penjelasan singkat mengenai Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir. Semoga dengan mengetahuinya dapat menambah meneladani beliau sebagai sosok yang sempurna.MZM Salahsatu hadis yang paling tegas menyebutkan, " Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya atau minta dicukurkan alisnya." (HR Abu Daud, dengan sanad yang hasan). Hadis lainnya yang semakna juga menyebutkan, "Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang minta dicukur alisnya." (HR Bukhari). JAKARTA - Ketika Nabi Musa bertemu Rasulullah SAW, beliau menangis. Dalam hadits riwayat Sahih Bukhari, عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَبِيٍّ فَأَتَيْنَا عَلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قِيلَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى فَقِيلَ مَا أَبْكَاكَ قَالَ يَا رَبِّ هَذَا الْغُلَامُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي Dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda " Kemudian kami naik ke langit keenam lalu ditanyakan; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang". Kemudian aku menemui Musa 'alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata; "Selamat datang bagimu dari saudara dan nabi". Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; "Mengapa kamu menangis?". Musa menjawab; "Ya Rabb, anak ini yang diutus setelah aku, ummatnya akan masuk surga dengan kedudukan lebih utama dibanding siapa yang masuk surga dari ummatku". Menukil buku Isra' Mi'raj karya Ibnu Hajar Al Asqalani dan Imam A Suyuthi menjelaskan dalam hadits tersebut Musa menangis karena menyayangkan dan menyesalkan dirinya tidak berhasil memperoleh pahala yang dapat menaikkan derajatnya akibat kelakuan umatnya yang banyak membangkang. Akibat ulah mereka itulah, pahalanya tidak sebanyak pahala Nabi Muhammad. Hal ini karena masing- masing nabi memperoleh pahala sebanyak total pahala setiap pengikutnya. Jadi, pahala pengikut Musa lebih sedikit daripada pahala pengikut Nabi Muhammad meskipun umur pengikut Musa jauh lebih panjang dibandingkan umat ini. Pendapat lain menyebutkan bahwa karena di antara para nabi, Musa adalah nabi yang paling banyak umatnya, juga paling luas isi kitabnya dan paling lengkap hukum- hukumnya. Hanya Nabi Muhammad saja yang dapat menandinginya. Terkait itu Musa berangan-angan agar dirinya memperoleh kenikmatan yang sama seperti yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad. Musa tidak mengharapkan berbagai kenikmatan itu hilang dari beliau. Dia tetap menginginkan Rasulullah lebih sukses dalam dakwahnya daripada yang pernah dialaminya. Oleh karena itu, dia menasihati Rasulullah tentang shalat dengan cara menasihati dan mengasihani umat Nabi Muhammmad agar tidak meninggalkan shalat, seperti yang dilakukan oleh Ratna Ajeng Tejomukti BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini MengapaRasulullah saw. menyebutkan bahwa, "Mukmin yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik persediaannya untuk hidup setelah mati adalah mukmin yang paling cerdik." Jelaskan! Kunci Jawaban: Karena kita harus menyadari bahwa manusia hidup didunia ini tidak kekal dan orang mukmin yang sadar akan kematian, maka ia akan mencari bekal (pahala) untuk di Akhirat
Soal dan Jawaban materi Melaksanakan Pengurusan Jenazah – Agama Islam 11 SMA/SMK Berikut adalah soal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/SMK/MA/MAK materi Melaksanakan Pengurusan Jenazah lengkap dengan kunci EssayMengapa Rasulullah saw. menyebutkan bahwa, “Mukmin yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik persediaannya untuk hidup setelah mati adalah mukmin yang paling cerdik.” Jelaskan!Sebutkan hal-hal yang sebaiknya segera dilakukan terhadap jenazah yang baru saja meninggal dunia sebelum jenazahnya dimandikan!Apa yang dimaksud dengan ta’ziyyah? Kemukakan pula hukumnya, alasan hukumnya, dan adab-adabnya!Jika orang yang meninggal dunia meninggalkan utang, bagaimana hukum melunasinya dan harta siapa yang digunakan untuk melunasi utangnya?Memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah seorang muslim hukumnya adalah fardu kifayah. Jelaskan maksudnya!Kunci Jawaban1. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa, “Mukmin yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik persediaannya untuk hidup setelah mati adalah mukmin yang paling cerdik.” Karena hanya orang-orang yang cerdaslah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk karena itu, mengingat mati harus sering dilakukan agar manusia menyadari bahwa dirinya tidaklah akan hidup kekal. Tentu saja di samping kita mengingat mati, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi hidup setelah mati, yaitu segera bertobat dan memperbanyak amal Berikut hal-hal yang sebaiknya segera dilakukan terhadap jenazah yang baru saja meninggal dunia sebelum jenazahnya dimandikan, yaituPejamkanlah matanya dan mohon- kanlah ampun kepada Allah Swt. atas segala seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan di tempat yang aman dari jangkauan keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium si Ta’ziyyah atau melayat adalah dengan maksud menghibur atau memberi semangat dan untuk mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah adalah sunnah. Alasan hukumnya adalah hadis nabi, salah satunya adalah sebagai berikut dariUmayah ra. mengatakan bahwa anak perempuan Rasulullah saw. menyuruh seseorang untuk memanggil dan memberi tahu beliau bahwa anaknya dalam keadaan hampir mati. Lalu, beliau bersabda, “Kembalilah engkau kepadanya. Katakan bahwa segala yang diambil dan yang diberikan, bahkan apa pun yang ada di hadapan kita kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan ajalnya, maka suruhlah ia sabar dan tunduk kepada perintah.” Bukhari Muslim.Adapun adab etika orang ber-ta’ziyyah melayat dalam Islam, antara lain seperti doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang meninggal serta kesabaran bagi orang yang pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa canda-tawa apalagi sampai turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman sampai selesai makanan bagi keluarga yang ditimpa Jika orang yang meninggal dunia meninggalkan utang, hukum melunasinya adalah wajib, dengan ahli waris atau keluarga sebagai harta yang digunakan untuk melunasi utangnya adalah dari harta yang ditinggalkan / harta waris sebelum dibagi kepada ahli waris. Atau dengan menggunakan harta keluarga atau sumbangan kerabat / Memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah seorang muslim hukumnya adalah fardu kifayah. Maksudnya adalah kewajiban secara bersama-sama atau gotong royong. Apabila sebagian dari kaum muslimin sudah melaksanakannya, maka kaum muslim yang lainnya tidak terkena kewajiban maupun dosa. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun yang melaksanakan, maka berdosa semuanya, tentu yang terkena dosa adalah kaum muslim yang berada tidak jauh dari tempat tinggal jenazah tersebut.
AbuSa'id Al Khudri pernah menggambarkan bahwa Rasulullah saw. lebih pemalu dari seorang gadis. Bila melihat sesuatu yang tidak ia sukai, tampak tanda rasa malu dari wajahnya (HR Bukhari-Muslim). Dalam kesempatan lain, Rasullah mengkaitkan antara iman dan rasa malu: "Rasa malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga. JAKARTA— Nabi Muhammad SAW dimusuhi masyarakat Arab setelah menyampaikan seruan langit bahwa Allah SWT merupakan Tuhan alam semesta. Suku Quraisy dipimpin Abu Lahab yang sangat keras memusuhi Nabi Muhammad SAW. Meski demikian, tidak membuat Nabi Muhammad SAW gentar menyampaikan wahyu dari Allah yang dibawa Jibril. "Kemarahan Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Makkah itu," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad. Atas kelembutan dakwah Nabi Muhammad SAW, ada saja setiap hari orang yang masuk Islam, menyerahkan diri kepada Allah. Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekadar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. "Mereka sudah melihat Muhammad yang berkecukupan, baik dari harta Khadijah atau hartanya sendiri," katanya. Tidak dipedulikannya harta itu, juga tidak akan memperbanyaknya lagi. Dia mengajak orang hidup dalam kasih-sayang, dengan lemah-lembut, dalam kemesraan dan tasamuh lapang dada, toleransi. Ya, bahkan dia yang menerima wahyu menyebutkan, bahwa memupuk-mupuk kekayaan adalah suatu kutukan terhadap jiwa. أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ "Kamu telah dilalaikan oleh perlombaan saling memperbanyak. Sampai nanti kamu menuju kubur. Sekali lagi, jangan! Akan kamu ketahui juga nanti. Jangan. Kalau kamu mengetahui dengan meyakinkan. Niscaya akan kamu lihat neraka. Kemudian, tentu akan kamu lihat itu dengan mata yang meyakinkan. Hari itu kemudian baru kamu akan ditanyai tentang kesenangan itu." At Takatsur 1-8 Di hadapan Allah, hanya di hadapanNya Yang Tunggal tak bersekutu, manusia akan dimintai pertanggung-jawabannya atas perbuatannya yang telah dilakukan, yang baik dan yang buruk. Hanya perbuatan manusia itu sajalah yang menjadi perantaranya. Hati kecilnya yang akan menimbang semua perbuatan. Itulah yang berkuasa atas dirinya. Dengan itulah dipertanggungkan ketika setiap jiwa mendapat balasan sesuai dengan perbuatannya. Kebebasan mana lagi yang lebih luas daripada yang diajarkan Rasulullah itu? "Adakah Abu Lahab dan kawan-kawannya mengajarkan yang semacam itu sedikit sekalipun?" Ataukah mereka mengajarkan supaya manusia tetap dalam perhambaan, dalam perbudakan, yang sudah ditimbuni oleh kepercayaan-kepercayaan khurafat dan takhayul, yang sudah menutupi mereka dari segala cahaya kebenaran? BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Untukitu, Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk menjadi pengingat bagi umat Muslim. Mengutip buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tulisan Kemenag (2019:195-196), sebuah riwayat dari Ibnu Hibban yang bersumber dari pernyataan Abu Dzar al-Ghifari kepada Rasulullah Muhammad SAW menyebutkan bahwa ada 124.000 nabi dan 313 rasul yang عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الْأَنْصَارِيِّ الْبَدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم "إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت Abu Mas'ud Uqbah Al-Anshari berkata Bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan kenabian yang pertama adalah 'Bila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu" HR Bukhari. Hadits ini sangat penting artinya bagi setiap Muslim, karena dalam hadits ini putaran-putaran ajaran Islam semuanya bertumpu. Hadits ini singkat redaksinya, tapi padat maknanya dan sarat akan pesan moral. Di dalamnya Rasulullah SAW mengingatkan kita akan pentingnya rasa malu, sebagai suatu sifat bagi bersandarnya akhlak-akhlak Islami. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai hadits ini. Setidaknya ada tiga pengertian. Pertama, dalam hadits ini Rasul mengeluarkan ancaman. Seakan-akan belia berkata bahwa kalau engkau sudah tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah apa yang kamu kehendaki, karena Allah SWT akan membalas perbuatan itu. Ungkapan seperti ini bukan sebuah perintah, tapi ancaman dan larangan. Kedua, hadits ini memberikan berita bahwa bila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu, maka ia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki. Karena rasa malu adalah variabel yang dapat mencegah orang dari maksiat dan kekejian. Ketiga, dibolehkannya melakukan suatu perbuatan kalau seseorang sudah tidak malu lagi, karena sesuatu yang tidak dilarang oleh syara' maka hukumnya boleh. Seperti diungkapkan oleh Imam Nawawi bahwa kita boleh melakukan apa saja selama tidak ada nash yang melarangnya. Dari tiga makna ini, para ulama lebih cenderung untuk merujuk pada pengertian yang pertama bahwa hadits ini berbentuk ancaman. Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki rasa malu, maka Rasul mempersilakannya untuk melakukan segala sesuatu sekehendak hati. Jadi, hadits ini bukan sebuah perintah agar kita bertindak sesuai kehendak hati. Hadits ini adalah peringatan sekaligus ancaman kepada mereka yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Muhammad Abdulrazak Al Mahili mengungkapkan, "Apabila kamu tidak malu kepada Allah SWT dan merasa tidak dilihat oleh-Nya, maka jerumuskan dirimu ke dalam berbagai macam larangan. Lakukan apa yang kamu suka". Hal ini sama dengan firman Allah SWT اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ''Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.” QS Fushshilat 40. Secara umum, rasa malu ada dua macam. Yaitu, malu sebagai sebuah tabiat atau pembawaan, yang dianugerahkan Allah SWT sejak manusia lahir. Yang kedua, malu yang tumbuh sebagai hasil usaha. Sabda Rasulullah SAW dalam hadits ini lebih merujuk pada malu dalam bentuk kedua. Bila demikian, kita wajib merawat dan mengembangkan rasa malu ini dengan berusaha mengenal siapa Allah dan siapa diri kita. Rasa malu adalah sumber kebaikan dan pembentuk akhlak mulia, selain sebagai harta warisan dari para utusan Allah terdahulu. Karena itu, malu menjadi salah satu pangkal keimanan seseorang. Betapa tidak, bila seseorang sudah tidak memiliki rasa malu, maka ia berpotensi melakukan berbagai hal yang dilarang agama. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Secarajelas Nabi saw menyebutkan bahwa karena "lailatul-qadar"-lah beliau i'tikaf. Bahkan di masa-masa awal di Madinah ketika beliau belum diberitahu oleh Allah swt kapan lailatul-qadar, beliau sampai beri'tikaf dari awal Ramadlan sampai akhir Ramadlan, sebulan penuh. Lailatul-qadar itu sendiri sebagaimana dinyatakan Allah swt dalam al
Salah satu ciri utama fitrah manusia adalah adanya rasa malu. Bila rasa malu hilang, manusia cenderung berbuat seperti binatang bahkan bisa lebih parah lagi. Allah berfirman "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu bagai binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai"QS 7179. Kini kita sedang berada di sebuah zaman, yang menunjukkan bahwa manusia sudah benar-benar lebih sesat dari binatang Seorang anak membunuh ibunya, seorang ibu membunuh anaknya, seorang ayah memperkosa anak perempuannya, aurat dipertontonkan dengan menggunakan kecanggihan teknologi, harga diri dijual menjadi ajang komoditi dan lain sebagainya. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah bertemu seorang dari Ansar, yang sedang menasihati saudaranya yang pemalu. Mendengar itu, Rasulullah segera bersabda "Biarkan dia demikian, karena rasa malu itu bagian dari iman" HR Bukahri-Muslim. Dalam hadis lain, Rasulullah mengatakan "Rasa malu tidak pernah mendatangkan kecuali kebaikan" HR Bukhari-Muslim. "Rasa malu semuanya baik'' HR Muslim. Abu Sa'id Al Khudri pernah menggambarkan bahwa Rasulullah saw. lebih pemalu dari seorang gadis. Bila melihat sesuatu yang tidak ia sukai, tampak tanda rasa malu dari wajahnya HR Bukhari-Muslim. Dalam kesempatan lain, Rasullah mengkaitkan antara iman dan rasa malu "Rasa malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga. Prilaku jelek adalah bagian dari kekeringan iman, keringnya iman tempatnya di neraka"HR Ahmad. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa iman mempunyai lebih dari tujuh puluh bagian, di antaranya adalah rasa malu HR Bukhari-Muslim. Imam Ibn Majah menyebutkan sebuah hadis yang menggambarkan betapa rasa malu harus dibudayakan demi keselamatan sebuah bangsa. Rasulullah bersabda "Jika Allah swt. ingin menghancurkan sebuah kaum, dicabutlah dari mereka rasa malu. Bila rasa malu telah hilang maka yang muncul adalah sikap keras hati. Bila sikap keras hati membudaya, Allah mencabut dari mereka sikap amanah kejujuran dan tangung jawab. Bila sikap amanah telah hilang maka yang muncul adalah para pengkhianat. Bila para mengkhianat merajalela Allah mencabut rahmatNya. Bila rahmat Allah telah hilang maka yang muncul adalah manusia laknat. Bila manusia laknat merajalela Allah akan mencabut dari mereka tali-tali Islam". Menerangkan makna hadis ini, Syekh Muhammad Al Ghazali berkata dalam bukunya Khuluq Al Muslim "Bila seorang tidak mampunyai rasa malu dan amanah, ia akan menjadi keras dan berjalan mengikuti kehendak hawa nafsunya. Tak peduli apakah yang harus menjadi korban adalah mereka yang tak berdosa. Ia rampas harta dari tangan-tangan mereka yang fakir tanpa belas kasihan, hatinya tidak tersentuh oleh kepedihan orang-orang lemah yang menderita. Matanya gelap, pandangannya ganas. Ia tidak tahu kecuali apa yang memuaskan hawa nafsunya. Bila seorang sampai ke tingkat prilaku seperti ini, maka telah terkelupas darinya fitrah agama dan terkikis habis jiwa ajaran Islam Khuluq Al Muslim, h 171. Imam An Nawawi menyebutkan bahwa hakikat rasa malu itu muncul dalam bentuk sikap meninggalkan perbuatan jelek, dan perbuatan zhalim. Seorang sufi besar Imam Junaid menerangkan bahwa rasa malu muncul dari melihat besarnya nikmat Allah, sedangkan ia merasa banyak kekurangan dalam mengamalkan ketaatan kapada-Nya. Riyadh as-Shalihin, h 246. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini NabiMuhammad biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ilustrasi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW diminta untuk meneladani Nabi Dawud alaihissalam yang mempunyai sejumlah keutamaan — Nabi Dawud alaihissalam mendapatkan banyak keutamaan dari Allah SWT. Perjalanan hidupnya menjadi hikmah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sebab itu Alquran mengabadikan kisah Nabi Dawud. Pada surat Shad ayat 17 digambarkan bahwa Nabi Dawud itu adalah nabi yang kuat. اصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat kepada Tuhan.” Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran PSQ, Ustadz Syahrullah Iskandar, menjelaskan bahwa pada ayat itu Allah SWT memerintahkan pada Nabi Muhammad bersabar akan cacian dan perkataan orang-orang kafir Quraisy. Allah pun meminta Rasulullah SAW untuk mengingat tentang kisah Nabi Dawud yang dikaruniai kekuatan baik secara fisik maupun kekuasaan. Kendati demikian, Ustadz Syahrullah mengatakan bahwa Nabi Dawud itu adalah manusia yang senantiasa mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT serta senang dalam beribadah. Setiap hari Nabi Dawud menggunakan separuh malamnya untuk beribadah kepada Allah SWT, dan dia pun berselang-seling hari melakukan puasa. Nabi Dawud itu salah satu contoh yang sangat diteladani Rasulullah SAW. Maka dalam satu riwayat, Rasulullah SAW mengomentari Nabi Dawud itu kana 'abdal basyar bahwa Nabi Dawud itu manusia yang paling beribadah pada Allah SWT, nilai ibadahnya itu lebih dari manusia lainnya. “Itulah sanjungan Nabi Muhammad kepada Nabi Daud," kata Ustadz Syahrullah yang juga anggota komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia MUI dalam kajian tafsir surat Shad ayat 17- dalam kitab al-Qishah fi Alquran al-Karim tafsir karya Syekh Muhammad Sayyid Tanthawi yang diselenggarakan Nasaruddin Umar Office NUO secara virtual beberapa waktu lalu. "Ini menunjukan bagaimana posisi Nabi Dawud yang tinggi dan karunia yang Allah berikan. Kisah Nabi Dawud ini menginspirasi Nabi Muhammad SAW sehingga menguatkan Nabi menjalankan risalah," katanya. sumber Harian Republika PeringatanMaulid Nabi ini, dengan berbagai versi tanggalnya, kini dipraktikan secara meriah di berbagai belahan dunia dengan berbagai motivasi, di antaranya mengungkapkan rasa suka cita atas kelahiran Rasulullah SAW, ekspresi rasa cinta terhadap Rasulullah SAW, ungkapan rasa syukur, menambah keimanan dan keislaman, sarana dakwah, sarana shadaqah, berdzikir, perenungan batin, melestarikan ajaran Islam, inspirasi kehidupan, dan berbagai macam motivasi lainnya. .
  • 592dd91p9v.pages.dev/751
  • 592dd91p9v.pages.dev/208
  • 592dd91p9v.pages.dev/59
  • 592dd91p9v.pages.dev/745
  • 592dd91p9v.pages.dev/883
  • 592dd91p9v.pages.dev/40
  • 592dd91p9v.pages.dev/839
  • 592dd91p9v.pages.dev/182
  • 592dd91p9v.pages.dev/227
  • 592dd91p9v.pages.dev/872
  • 592dd91p9v.pages.dev/504
  • 592dd91p9v.pages.dev/667
  • 592dd91p9v.pages.dev/272
  • 592dd91p9v.pages.dev/935
  • 592dd91p9v.pages.dev/768
  • mengapa rasulullah saw menyebutkan bahwa